Mataram, SE
Aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Tambora masih berlangsung meskipun
tidak berbahaya sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan
Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, masih memberlakukan
status waspada.
“Masih berstatus waspada, belum ada penetapan status normal karena
menurut versi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, masih ada
aktivitas kegempaan,” kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi
(Distamben) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Eko Bambang Sutedjo, di
Mataram, Selasa.
Ia mengatakan, aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Api Tambora
ditingkatkan statusnya dari Normal menjadi waspada, pada 30 Agustus
2011.
Pada 5 September 2011, teramati adanya hembusan asap kawah berwarna
putih tipis setinggi 10 meter dari bibir kawah, sehingga tiga hari
kemudian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan Gunung Api
Tambora bersatus Siaga Level III.
Penetapan status Siaga Level III itu didasarkan pada hasil pengamatan
visual dan catatan aktivitas kegempaan Gunung Api Tambora, yang
menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik yakni berkisar
antara 5-15 kali, gempa vulkanik dangkal 1-7 kali, gempa tektonik lokal
1-4 kali, gempa tektonik jauh 2-13 kali.
Gempa “low frekuensi” juga masih berkisar 1-6 kali disertai gerakan
tremor dengan amplitudo antara 0,5-9 milimeter tiap harinya.
Peningkatan yang signifikan terutama gempa vulkanik dalam, terekam 32
kali kejadian hanya dalam rentang waktu enam jam, dan vulkanik dangkal
yang dikhawatirkan akan memicu peningkatan aktivitas vulkanik yang lebih
besar.
Namun, tiga hari kemudian terjadi penurunan aktivitas kegempaan vulkanik
dan terus berkurang hingga gempa vulkanik dalam terekam tidak lebih
dari lima kali dalam sehari.
Setelah beberapa pekan pengamatan, status Siaga pada Level III itu diturunkan menjadi Waspada yang masih berlaku hingga kini.
Kendati demikian, kata Eko, warga yang bermukim di sekitar Gunung Api
Tambora, harus tetap waspada namun tidak termakan isu menyesatkan yang
dikait-kaitkan dengan peristiwa di masa lalu.
Gunung Api Tambora tercatat dalam sejarah letusan paroksimal pada tahun
1815, yang menyebabkan terkuburnya tiga kerajaan yakni Kerajaan Pekat,
Tambora dan Sanggar, dan menelan korban jiwa sekitar 92 ribu orang.
Gunung Api Tambora bertipe A karena masih menunjukkan aktivitas sesudah
tahun 1600, yang terletak di wilayah Kabupaten Dompu dan Bima, Provinsi
NTB, dan memiliki tinggi 2.815 meter dari permukaan laut. (Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar