Sumbawa Barat, SE-Mungkin tidak sedikit putra lokal Sumbawa Barat memiliki folosofi hidup
‘Pariri Lema bariri’. Lambang semangat, perjuangan dan kerja keras.
Apalagi Sumbawa Barat daerah yang menjanjikan sejuta impian, potensinya
besar, kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tentu saja
tidak kalah dengan daerah lain.
Mengutip kata Bupati, KH. Zulkifli Muhadli, Sumbawa Barat ini Ibarat ‘Gadis Cantik’. Tak heran, pesonanya menarik perhatian banyak orang untuk datang dan mencari keberuntungan.
Sejak
mulai beroperasi awal tahun 2000 silam, PT Newmont Nusa Tenggara
praktis menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia usaha dan industri, tak
terkecuali para pencari kerja. Perusahaan tambang itu saat ini masih
menjadi satu-satunya sasaran pencari kerja. Itu terbukti ketika proses
rekrutmen tenaga kerja Newmont dibuka akhir tahun 2011 silam. Tak kurang
ada lebih dari 5000 pelamar berduyun-duyun, mencoba peruntungan.
Pelamar
tak hanya datang dari putra lokal setempat namun juga banyak dari luar
daerah. Dunia kerja tentu sayarat dengan persaingan, jika ada
keterampilan maka tak perlu bersusah susah.
Taifuqqurahman
(32) mungkin satu dari sekian banyak putra kelahiran Sumbawa Barat yang
ikut mengadu nasip untuk menjadi karyawan Newmont dan subkontraktornya.
Lahir
dari keluarga sederhana, Opik sapaan akrbanya kini harus bergulat
dengan kerasnya Kecamatan maluk (lingkar tambang) untuk bersaing mencari
kesempatan kerja dengan warga pendatang lainnya. Maluk adalah Kecamatan
yang mayoritas penduduknya pendatang.
Opik
tinggal di Desa Pasir Putih Maluk. Ia tinggal sejak beberapa tahun
lalu. Bersama sang istri ia kini bekerja sebuah perusahaan
telekomunikasi. Meski bekerja sebagai karyawan paruh waktu (tidak
tetap), ia tetap semangat untuk terus mencari peruntungan.
“
Saya mencoba bekerja disini mencari dan menunggu kesempatan. Termasuk
mengikuti tes ini. Saya berharap ada kesempatan, karena setahu saya lowongan
Newmont ini adalah murni untuk putra lokal. Saya legah mendengar
informasi itu bahkan dikoran-koran pejabat pemerintah menjamin rekrutmen
ini kali ini khusus untuk putra lokal,” kata, Opik, diteras kosnya
sembari menghela nafas dalam-dalam.
Dugaannya
tidak meleset, tepatnya 01 Agustus 2011, Opik menerima surat panggilan
pertama. Ia dinyatakan lulus oleh oleh tim panitia seleksi Newmont. Iapun diminta datang keesokan harinya tanggal 2 Agustus di Gate (pintu) Benete untuk mengikuti tes wawancara.
“
Saya sempat kabari keluarga dan adik adik di Kampung Bosok Menala
Taliwang. Ibu dan Bapak tinggal disana. Mereka senang mendengar kabar
itu, sayapun menunggu wawancara itu,” tuturnya, sembari menghirup
secangkir teh hangat di meja.
Kebahagiaan
Opik buyar. Ibarat gedung yang runtuh karena gempa, impiannya seketika
sirna. Ada kabar bahwa tes yang dilakukan tim Newmont dibatalkan.
Belakangan baru ia sadar setelah membaca dikoran-koran dan mendengar
gelombang protes dimana-mana.
“
Kejadian waktu (kerusuhan pencari kerja) itu saya di Maluk. Saya kecewa
sekaligus berharap cemas,” akunya geleng-geleng kepala.
Kerutan
didahinya menggambarkan ia kecewa seolah tak sanggup menghadapi
kenyataan. Benar saja, ketakutannya semakin menjadi jadi ketika
mendengar informasi Newmont akan melakukan tes lagi dan menyelidiki
dugaan kecurangan dalam rekrutmen itu.
Atas
informasi pihak Newmont setelah Ia dan pencari kerja yang dinyatakan
lulus diundang dikantor Camat, disana diinformasikan bahwa ia dan
kawan-kawan akan tetap masuk daftar tunggu dan diprioritaskan untuk
dipanggil kembali, meskipun ada ferifikasi ulang dilakukan bersama
pemerintah.
Belakangan
setelah proses ferivikasi ulang dilakukan dengan pelibatan pemerintah
melalui Edhoc, yakni, tim bersama disetiap Desa, kuota pun secara
mendadak ditambah dari hanya delapan orang dari Desa Pasir Putih menjadi
dua belas orang. Proses ferifikasi berjalan, banyak janji dan loby yang
terjadi…..Bersambung (Selanjutnya-Baca aksi lobi-lobi rekrutmen tercium, anak karyawan Newmontpun ikut diloloskan)…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar